KLIK AJA LANGSUNG BOS

Cafe Bisnis Online

Selasa, 03 Februari 2009

KREDIT SEHAT ≠ JEBAKAN (?) KARTU KREDIT

“Saya pengguna kartu kredit dari Bank A dan saya sudah menggunakan kartu kredit tersebut selama 5 (lima) tahun dan selama itu tidak pernah ada masalah. Dua bulan yang lalu, tagihan kartu kredit saya lunasi semua dan saya sudah menghubungi ke bank yang bersangkutan untuk menutup kartu kredit saya, namun sampai sekarang tagihan tetap keluar, bahkan saya dikenakan denda, padahal saya kan sudah lunas ?...... “ demikian tulis seseorang di kolom surat pembaca sebuah Koran nasional dan keluhan-keluhan tentang kartu kredit sering kit abaca, paling tidak seminggu sekali pasti ada keluhan, sehingga ada teman yang mengatakan bahwa kartu kredit SERING MENJEBAK penggunanya.

Apakah memang kartu kredit menjebak penggunanya ? sebenarnya tidak demikian, namun hal tersebut terjadi karena :
1) Semua operator kartu kredit menggunakan sistem sentralisasi dalam melayani penggunanya sehingga meskipun Bank A punya cabang dimana-mana, namun urusan pelayanan kartu kredit dilakukan secara terpusat, hal inilah yang sering menyebabkan miskomunikasi antara pengguna dan operator kartu kredit.
2) Terjadi perbedaan perhitungan antara pengguna dan pengelola kartu kredit. Pengelolaan dan pernhitungan bunga kartu kredit dilakukan secara otomatis di computer, sementara pengguna mengacu pada tagihan yang diberikan oleh bank, dimana sementara tagihan keluar, bunga terus bergerak secara otomatis, sehingga yang seringkali tidak masuk hitungan adalah “bunga berjalan” antara tagihan dicetak sampai pembayaran dilakukan.
3) Bagi pengguna kartu kredit baru seringkali terjadi sudah ditelepon oleh customer bahwa aplikasi kartu kredit sudah disetujui namun kartu kredit belum diterima, sehingga pada saat timbul tagihan karena biaya administrasi atau biaya lain, pengguna tidak segera membayar, maka pengelola secara otomatis akan memberikan denda karena keterlambatan bayar (umumnya Rp.50 ribu). Bila hal tersebut dibiarkan saja maka akan terjadi pembengkakan tagihan dan ini menyebabkan suatu saat petugas melakukan penagihan dengan keras.
4) Keluhan pengguna kartu kredit tidak ditindaklanjuti dengan segera oleh petugas kartu kredit, sehingga menimbulkan biaya bunga atau biaya denda yang harus dibayar oleh pengguna, sementara itu pengguna karena sudah lapor tidak mau membayar timbulnya biaya-biaya dalam tagihan kartu kredit.

Semua permasalahan yang timbul karena sebab-sebab diatas akan membuat pengguna kartu kredit tidak nyaman, karena keluhan-keluhan yang disampaikan seringkali menemui jalan buntu, apalagi pada saat komplain lewat telepon petugas yang menangani selalu berganti-ganti …. Wah tambah strees jadinya. Pemilihan keluhan lewat surat pembaca jadi alternative tersendiri.

Terus solusinya bagaimana .. ? tunggu bentar ya… masih mikir !

Selasa, 27 Januari 2009

KREDIT SEHAT ≠ KARTU KREDIT

Kartu Kredit (Credit Card) merupakan sebuah inovasi dari Bank sebagai lembaga intermediasi untuk menyalurkan kredit tanpa jaminan kepada masyarakat. Bagi orang yang disiplin mengatur keuangan, kartu kredit bisa menjadi bermanfaat untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat konsumtif seperti baju, sepatu, tas, barang elektronik dll. Namun bagi orang yang kurang disiplin mengatur keuangan, kartu kredit bisa menjadi masalah keuangan yang rumit dan menyesakkan dada.

Jadi sebelum menerima tawaran untuk menerima fasilitas kartu kredit hal pertama yang perlu ditanyakan pada diri sendiri adalah APAKAH KITA DISIPLIN MENGATUR KEUANGAN ? Jika ya, silakan menerima fasilitas kartu kredit। Jika tidak, jangan paksakan diri untuk menerima fasilitas kartu kredit.

Kredit yang Sehat untuk Kartu Kredit tetap diperlukan karena jika kartu kredit anda sehat maka kesempatan untuk memperoleh tambahan fasilitas akan terbuka, sebaliknya jika kartu kredit tidak sehat maka kesempatan untuk memperoleh fasilitas lain (diluar kartu kredit) dari Bank bisa jadi akan tertutup. KREDIT SEHAT = KARTU KREDIT itu penting. Bagaiman komentar anda… ???

Sabtu, 17 Januari 2009

BAGAIMANA MEMBUAT KREDIT SEHAT ?

Seorang karyawan sebuah perusahaan swasta bernama Abdul sudah bekerja kurang lebih 15 (lima belas) tahun, sangat loyal dan tekun dalam bekerja, sehingga atasan dan teman-taman kerja sangat senang bergaul dan bekerja dengan pak Abdul. Hasil dari bekerja pak Abdul mempunyai rumah, sepeda motor dan ke dua anaknya bisa kuliah di perguruan tinggi negri di luar kota. Beberapa teman kerja yang lebih muda sering bertanya kepada pak Abdul tentang bagaimana cara pak Abdul mengatur keuangannya, sebab mereka tahu bahwa gaji yang diterima setiap bulan tidak terlalu besar. “Ya kredit mas” begitu kata pak Abdul ketika teman-temannya bertanya tentang bagaimana pak Abdul bisa beli rumah dan sepeda motor.

Memang .. dengan KREDIT kita bisa mempunyai apa yang kita inginkan (rumah, motor, mobil, HP, barang-2 elektronik dll) namun dengan KREDIT pula kita bisa susah…

Ketika ditanyakan tentang bagaimana pak Abdul bisa mengatur keuangan keluarga dengan pembayaran kredit, maka pak Abdul menjawab “yang penting kekuatan membayar” pak Abdul menjelaskan lagi “setiap akan kredit maka saya selalu melihat kekuatan bayar saya biasanya tak lebih dari 30% dari seluruh gaji yang saya terima setiap bulan”.

Bagi karyawan dan teman-teman yang bergaji tetap setiap bulan, sebenarnya tidak sulit membuat kredit yang anda miliki tetap bisa terbayar dan sahat, asal sebelum mengambil kredit memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Kekuatan membayar atau mengangsur
- Dana yang untuk mengangsur tidak lebih dari 30% dari pendapatan yang diperoleh.
- Disiplin dalam mengatur keuangan, jika perlu alokasi dana untuk angsuran disisihkan terlebih dahulu.

Dengan ketiga cara diatas saya yakin kredit akan menjadi SEHAT, bagaiman pendapat anda ????....

Kamis, 08 Januari 2009

MENGAPA KREDIT HARUS SEHAT ?

Suatu hari saya berkeinginan untuk membeli nasi goreng dipinggir jalan, tanpa sengaja ternyata penjual nasi goreng (sebut saja pak Amir, red) adalah salah seorang debitur yang meminjam atau kredit ditempat dimana saya bekerja. Sambil menggoreng nasi, pak Agus mengatakan sangat berterima kasih karena pelayanan kredit yang cepat ditempat saya bekerja, membuat dia tetap bisa bekerja dengan baik sampai saat ini. “Lho… kok bisa begitu pak Agus ?” tanya saya, “iya pak, saat itu saya sangat perlu dana untuk membeli rombong, karena saya mendapat musibah, rombong saya di tabrak pick-up, sementara sopirnya tidak bisa mengganti kerusakan rombong saya dengan cepat, karena dia cuma sopir, jadi saya menjaminkan sepeda motor ke tempat bapak dan saya bisa segera jualan lagi”. “Bagaimana dengan angsurannya pak ?” tanya saya lagi, “ndak masalah, sebab setiap hari saya sisihkan Rp.15 ribu untuk angsuran dan rata-rata setiap malam saya dapat untung Rp.100 ribu, jadi yang ndak terlalu berat pak”

Orang seperti pak Amir yang penjual nasi goreng ini tentu menjalani hidupnya dengan lebih damai, tentram dan bahagia, karena tidak ada orang yang datang ke rumah untuk menagih hutang, karena pak Amir ini disiplin dalam mengelola kreditnya. Meskipun orang melihat kehidupannya sederhana, namun dibandingkan dengan kehidupan pak Agus yang PNS tentu kehidupan pak Amir lebih bahagia.

Kredit harus Sehat sebab didalam KREDIT YANG SEHAT ada TUBUH YANG SEHAT… didalam TUBUH YANG SEHAT ada JIWA YANG SEHAT… Bagaiman menurut anda ????